Alhamdulillah..I am being normal again, I am back. Selama 2 minggu terakhir nih ngerasa ga ada semangat ngapa2in, bukannya jatuh cinta..Masih mending jatuh cinta, perasaan berbunga-bunga. Emang pernah jatuh cinta? Hehehe, belum. Lha ini kayaknya hidup hambar banget, mati segan hidup pun cuma mempersingkat jatah makan 2 minggu jadi 1 minggu jadinya ATM sering banget digesek, moga ga cepet rusak. Dibilang stress juga ga, pasokan makanan dari rumah juga aman. Ngemil meningkat, benar2 lapar mata. Ini rasanya hidup untuk makan, bukan makan untuk hidup..Atau lagi kerasukan setan cacingan ya? Sehari bisa makan sampe 5 kali, belum jajanannya..gitu kalo diingetin adik kost pasti bilangnya lupa kalo baru aja makan. Ihh serem, penyakit bukan ya? Tapi ya kadang kita ngerasain titik jenuh dalam hidup kita karena rutinitas yang membosankan atau memang kita butuh variasi kehidupan dengan cara merubah jadwal rutinitas dan memberikan sedikit waktu untuk diri sendiri, sekedar makan es krim, ketemu teman-teman, atau keliling kota.
Aku yakin banget ada juga factor yang tak terlihat yang kadang mempengaruhi hidup kita, lewat campur tangan Tuhan (kan semua juga lewat campur tangan Tuhan? Eh bukan itu), misalnya kita lagi/habis bertengkar ama orangtua kita pasti deh sedikit banyaknya bakalan ngaruh. Kalo kamu ga ngaruh juga, itu tandanya kamu belum disenggol ama Tuhan. Kalo langsung dapet efeknya, Nah itu bagus juga itung2 kita bisa langsung introspeksi diri. Jangan dikira mentang2 sekarang zaman modern, hal2 seperti itu udah musnah ketelan zaman. Cuma kita mesti inget kalo hal2 yang berhubungan dengan agama sifatnya abadi, dan tetap kita harus pegang. Masalahnya kadang ga begitu mudah menjalani hidup sebagai remaja (hehhe, aku kan remaja akhir, udah kepala 2). Banyak pertentangan, kadang kita ngerasa orang2 sekitar ga begitu memahami apa yang kita mau atau mereka masih ngira kita anak pilek-an eh ingusan ding;P..
Tapi nih ya, yang paling susah bin kasian itu adalah para anak2 broken home. Banyak sih kisah yang bikin kita sesenggukan bahkan mungkin anak2 itu ada disekitar kita. Tapi kadang kita ga tau karena mereka berusaha untuk senormal mungkin seperti anak2 dgn keluarga normal lainnya. Gimana enggak coba, para orangtua yang dasarnya menjadi pelindung bagi kita bisa berubah menjadi orang yang kita hindari. Broken home itu punya banyak cabang masalah, mulai dari anak2 yang harus nerima ibu/bapak tiri kemudian berlanjut ke kakak/adik tiri, belum lagi kalo orangtua mereka punya anak lagi dengan ibu/bapak tiri. Wah bisa bayangin ga kalian gimana rasanya kalo orangtua kalian kudu berbagi kasih sayang dengan orang lain? Mending ga usah dibayangin deh karena rasanaya itu kayak makan ice cream yang udah jatuh ke selokan. Yucks!. Itu masalah hubungan tiri, belum lagi perubahan sikap orangtua yang mulai membangun image/aturan baru mengikuti pasangannya. Kalo yang paling mencolok biasanya perubahan perilaku anak2 broken home, biasanya mereka lebih sering pendiam dan lebih suka berada dikamarnya..Ada juga saking frustasinya nerima kenyataan perceraian orangtua, mereka cari pelarian ke hal2 yang kurang okay, misal drugs, gaul yang salah, atau bahkan ada yang jadi penjaja diri. It is so sad! Harusnya mereka tetap kuat dan menjadi motivasi diri untuk mencari penghidupan yang lebih baik, bukan malah merusak diri. Ini namanya penghancuran 2X setelah perceraian orang tua, sekarang perceraian anatara batin dan tubuh anak2. Selain sudah tidak mendengarkan kata hati(batin) yang terus memberitahu baik dan buruk, kadang mereka ngerusak tubuh dengan ngedrugs, sering keluar malam, atau makan ga makan asal ngerokok atau minum.
Kesalahan fatal yang pengaruh banget bagi perkembangan psikologis anak adalah saling meracuni pikiran anak dengan membeberkan bahkan mengarang kesalahan yang dilakukan pasangan masing2 saat proses perceraian supaya anak terpengaruh dan memilih tinggal dengan ayah atau ibu. Ini bahaya kerusakan kepercayaan permanen yang bakalan terngiang2 ditelinga anak2 kalo bapak atau ibunya adalah orang tidak baik. Tuhan!!! Perceraian itu juga bisa jadi penyakit jiwa bagi para orangtua. Ingatkah apa yang kalian, orangtua, tanamkan pada anak2 ketika mereka masih kecil bahkan didalam kandungan?Yaitu kata2 yang baik dan saling menghargai satu sama lain. Begitu mudahnya para orangtua melupakan pesan moral yang indah ini dan menjadi pelaku utama dalam menggerus kenangan indah tentang orangtua mereka. Anak2 tidak pernah punya pilihan dalam hal ini, mereka sudah sungguh luar biasa mengikuti perjalanan kalian, orangtua. Masihkan kalian mewarisi kebencian kalian terhadap mantan pasangan masing2 dengan menghitamkan jiwa mereka?
Kadang juga kalo orangtua pada sumpek pikiran, biasanya mereka gampang marah dan ada juga yang ‘ringan tangan’ alias suka mukul. Kalo luka ditubuh bisa cepet ilang tapi kalo luka dihati anak? Terlebih melukai harga diri seorang anak, ini bakalan membekas selamanya dan bisa jadi trauma. Jadi ga perlu marah untuk hal-hal yang kecil, orangtua membesarkan anak bukan membesarkan ego atau mempertahankan harga diri mereka (orangtua).
Hal2 negatif ini sebenarnya bisa dicegah kalo kita, orang dewasa, teman2, khususnya orang tua dan para guru, lebih peduli dan lebih sabar. Ga langsung dijauhin atau dimusuhin gara2 hidupnya udah ga sejalan lagi atau udah berbahaya. Orangtua harus terus menerus memberikan pemahaman tentang situasi sulit ini (Kalo bisa menurutku hindari kata ‘Perceraian adalah jalan terbaik’). Ini nih yang sering banget orangtua pake sebagai alasan, tapi Cuma kalimat itu doank. Ga ada supporting idea/sentence nya setelah itu. Hahh? Itu terbaik bagi para orangtua kali ya? Pasti anak2 mikirnya gitu. Gimana ngggak, setelah bercerai para orangtua bisa nikah lagi dengan orang yang dianggap cocok..Okay ‘Selamat Menempuh Hidup Baru lagi ya’!. Bukan itu essensinya, kadang orangtua ga ngerti gimana nyampein ini ke anak2. Mereka ngerasa bahwa ini adalah penderitaan mereka sendiri, sedangkan si Anak memanggil2 minta bantuan untuk dipeduliin, untuk ngerasa nyaman, untuk nggak ngehilangin sesuatu yang sering dilakukan bersama. Alih2 para orangtua mikirin ini, kadang mereka udah nemuin anak mereka dalam kondisi akut yaitu benci orangtuanya sendiri, hilang kepercayaan diri, atau hilang jati diri. Selama ini anak2 dibiarkan berkutat dengan pertanyaannya sendiri, masalahnya sendiri, dan kekecewaannya sendiri. Jadi jangan biarkan anak-anak merasa berjuang dan hidup sendirian di dunia ini ketika mereka masih punya orang tua.
Please moms and dads throughout the world, can we talk and sit together? It is such a long time we do not do such a thing.
Karena aku melihat aku-aku yang lain yang kelelahan mengembalikan dirinya, yang tidak melihat sinar matahari sebagai dimulainya kehidupan, dan yang berhenti berbicara pada Tuhan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar