Aku
baru tahu kalo rambut kering itu lebih nyaman daripada rambut basah, kalo pake
hairdryer setelah keramas lebih okay daripada rambut basah dan tar helmnya
ikutan bau. Aku baru tahu kalo jerawat dimuka itu ga okay dan banyak cewek-cewek jadi stress kayak ada
terasi yang nempel dimuka dang a ilang-ilang. Aku baru tahu kalo jalan itu kudu
diatur jangan kayak gorilla meski kita tomboy. Aku baru tahu kalo ngomongin sex
sama teman cowok itu gak tabu lagi. Aku baru tahu kalo rambut panjang itu bikin
cewek cantik ya asal rambutnya jangan berkutu dan korengan. Aku baru tahu kalo
orang ngerjain skripsi yang stress karena ga selesai-selesai ditambah shampoo
yang dipake ga cocok untuk kulit kepala mengakibatkan rambut lepek dan cepat
kotor sehingga kulit kepala mengelupas dan kalo kita lihat lebih dekat pake
teropong bintang, tuh kulit kepala yang
mengelupas jadi mirip corn flake yang udah diremes. Untung aja bukan mirip koko
crunch atau Gerry mesis!
Aku
memang ga popular, teman-temanku Cuma beberapa tapi aku tahu mereka sangat
baik. Aku belum bisa nyiptain alat yang bias menetralkan bau kentut menjadi
aroma jasmine yang mungkin namaku bisa jadi melegenda after aku mati dengan
sebutan professor kentut. Aku ga ikutan organisasi yang bikin aku keren, missal
: BEM, LEGATTO, HMJ, dll tapi mengajar anak-anak panti asuhan. Aku juga ga tahu
kalo dikenal itu bikin keren, aku gap inter bergaul dan menyapa setiap orang
asing. Aku tahu kalo berteman itu harus attached, tulus, dan ga boleh marahan. Aku
juga belum tahu apa hidupku sudah baik untuk orang lain? Yang aku tahu dalam
presentasiku tentang child abuse ‘a achild called it’, aku telah membuat
beberapa orang menangis (mungkin juga dosennya), my presentation has inspired
people. Itu yang penting dan ketika aku bilang ‘popularity doesn’t satisfy me’,
I change my mind. AKu harus jadi popular supaya bias bantu banyak orang dan
mengkampanyekan tentang stop child abuse!. Aku ga pernah berharap orang akan
melihatku sebagai sesuatu yang menginspirasi mereka tapi aku harap tindakan dan
kata-kataku dapat mengubah sesuatu yang kecil.
Aku
tahu aku Cuma gelas setengah isi, ilmuku ga banyak tentang sex oh mungkin Cuma
a little. Tapi aku bertekad belajar apapun, aku udah tahu beberapa sex vocab :
Fellatio, autofellatio, 69 position, blow job dan kalo aku bikin kamus tentang
sex terms ini mungkin Cuma setebal 10 halaman dan dikirain kamus saku pramuka! Aku
ga ada prestasi tapi aku telah berhasil menaklukan kehidupan masa laluku, aku
bersyukur aku bisa hidup sampai hari ini. AKu terlalu lama menyesali
kehidupanku dan sekarang saatnya berbuat sesuatu untuk orang-orang, aku ga
perlu kaya yang penting aku bias makan 3 kali sehari. Banyak orang yang sweat
small stuff, mereka teriak dan marah. Bukankah itu buang-buang energy? AKu udah
banyak mendengar suara yang ditinggikam, alis yang bertaut menjadi satu, dan
mata melebar. Sekarang udah muak untuk ngelakuin itu.
Aku
tahu ngomongku ga se sophisticated orang-orang seumuranku, vocab dan diksiku ga
wajar. Tapi someday, I’ll amaze them by my sophisticated words so they will be
amazed! Tapi aku belajar bahwa menjadi dewasa itu pilihan dan banyak hal-hal
yang kita sembunyikan, panggung sandiwara dimulai saat kita beranjak dewasa
tapi aku belum nyaman melakukan itu. AKu pengen menjadi diriku apa adanya tanpa
merubah banyak hal. AKu pengen tetep baik ke orang-orang tanpa dibilang ‘Ih
kamu baik banget’ or ‘Kamu terlalu baik, hati-hati dimanfaatin orang’. Kenapa
salah menjadi baik atau terlalu baik? Aku ga peduli orang mau manfaatin atau
memang mau minta tolong dengan tulus, yang penting aku bias ya aku bantu kalo
ga bias ya tetep kuusahain.
Aku
baru tahu kalo vocab purba seperti : Berak, Badhog (istilah jawa ; makan),
panganen, bakalan muncul lagi. History returns begitu kata Pak Jo! Aku selalu
ditertawakan karena kebodohanku yang ga tau tentang fellatio, blow job, posisi
69 juga posisi 88(eh itu kan salep panu). Aku belum tahu apa-apa dari 1% dunia
ini, tapi aku bisa menempatkan diri yang bikin aku ngerti kalo 99% itu
Aku baru tahu
kalau muka sampah itu ga okay dan muka WC pecah lebih keji dari muka sampah. Dilla, anak AIESEC, bilang kalo mukaku itu kayak muka sampah..Aku diem aja,
harusnya mbales karena kata mbak Nina itu jahat banget. Tapi tar aja, kalo
mukanya dia (Dilla) udah keriput pasti kubilang ‘Hei, kamu! Mukamu kayak pantat
nenek2’.....Astaghfirullah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar