Sabtu, 28 Agustus 2010

Selamat Tinggal Masa Lalu

Kini ku tlah beranjak dewasa, membawa luka di masa kecilku. Ketakutan akan ditinggal orang-orang tersayang membayangi diri sebelum merebahkan tubuh dan lalu bangun keesokan harinya. Akankah aku tetap menjadi gadis kecil yang selalu menyimpan segala duka?Ataukah aku berani untuk mengatakan apa yang aku rasakan? Kekecewaan yang selalu terjadi dalam hidupku tak kan pernah ada yang mengetahui bahwa aku tidak lebih baik dari orang-orang yang pernah mengecewakan hidupku. Aku tidak mengatakan bahwa Ayah dan Ibu adalah sumber kekecewaan terbesarku karena dibalik itu semua aku belajar dari mereka untuk menjalani kerasnya hidup dibalik wajah-wajah tersenyum kami.Aku sayang sekali dengan ibu, meski pengorbananku selama ini menguap begitu saja jika aku teringat bagaimana ibu memperlakukanku saat ia kembali menikah lagi. Janji setia yang pernah aku sumpahkan bahwa aku akan selalu berada di sisinya meski kami tak punya apa-apa, sudah aku kerjakan. Tinggal ibu yang melanjutkan janjinya saat dia sudah memiliki apa-apa yang diinginkan. Ibu, ibu, ibu begitu mudahnya engkau membuatku kehilangan akan sosok dirimu yang begitu penyayang dan tegar melawan orang-orang yang tak berhak bicara akan masa depan kita saat itu. Kemanakah angin membawa sosokmu yang baik itu? Aku terkadang hanya melihatmu dibalik dinding kamar bahwa seseorang telah membuatmu lebih bahagia daripada bersamaku. Aku senang melihatmu bahagia meskipun kadang aku merasa diabaikan. Aku tidak pernah meminta lebih dalam hidup ini karena aku tahu hidup ini lebih tahu apa yang aku butuhkan. Saat aku menangis karena takut akan sesuatu hal, aku tidak pernah lari mengadu padamu. Aku diam menantimu menghampiriku dan memgang tanganku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ibu, aku telah belajar melepasmu dan menitipkanmu pada orang yang telah menyentuh kehidupanmu lebih baik daripada aku.Aku belajar bahwa engkau boleh merancang masa depan yang gemilang dengannya meski rencanaku denganmu sudah aku persiapkan jauh sebelum kita berada disini. Ibu, maafkan aku…Aku masih belum bisa belajar untuk duduk bersamamu dan orang-orang yang kau anggap sebagai ‘keluarga barumu’. Aku akan melakukannya segera, karena aku sudah akan meninggalkan masa lalu.

Ayah, rambutmu kian memutih namun kau tidak pernah merasa tua untuk terus menasehati kami seakan-akan kami adalah anak-anak. Masih teringat betapa kasar dan kerasnya Ayah memusuhi kami saat kami tinggal dengan ibu. Ayah, entah sampai kapan kau meributkan masalah klasik yang tidak membawa perubahan baik dalam hidup. Terkadang ayah lupa bahwa aku tlah dewasa dan orang dewasa tidak akan meributkan hal-hal kecil. Ayah, ayo kita tinggalkan masa lalu dan meski itu sulit sekali. Beranjak perlahan-lahan dan biarkan kedamaian masa sekarang menyelimuti dirimu. Kelelahanmu melihat kebelakang akan selalu berujung marah dan ketidak tenangan.

Terimakasih hidup, telah mengajarkan kebaikan pada jiwa yang merasa selalu terabaikan dan tersalahkan. Aku akan terus belajar menjadi bagian dari hidup yang engkau ajarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar